Sunday, April 4, 2010

KEMURTADAN SEORANG PENGUASA

Jenis kemurtadan yang paling berbahaya adalah kemurtadan seorang penguasa. Dia yang
seharusnya diharapkan bisa memelihara aqidah umat dan memberantas kemurtadan serta
mengusir orang-orang yang murtad dan tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk
tetap tinggal di lingkungan masyarakat Islam, tetapi ternyata dia sendiri yang mempelopori
kemurtadan, baik secara rahasia ataupun secara terang-terangan. Dia menyebarkan
kefasikan, dan yang melindungi orang-orang yang murtad. Membukakan jendela dan pintu
untuk mereka. memberikan kepada mereka simbul dan nama, sehingga kondisinya seperti
yang diungkapkan dalam pepatah Arab, "Haamiiha wa Haraamiiha," atau yang dikatakan
oleh seorang penyair "Penggembala kambing itu semestinya memelihara kambingnya dari serigala, tetapi bagaimana jika para penggembala itu sendiri menjadi serigala."

Kita lihat penguasa seperti ini telah menjadi pendukung dan pelindung musuh-musuh Allah,
dan ia memusuhi wali-wali Allah (orang-orang yang beriman), menghina aqidah,
melecehkan syari at,. tidak menghargai perintah dan larangan Allah dan Nabi-Nya,
merendahkan seluruh kesucian dan kemuliaan ummat yaitu para sahabat yang abrar, dan
keluarga Nabi yang ath-haar, khulafa' akhyaar dan para imam yang alim dan para pahlawan
Islam. Mereka itu menganggap bahwa orang yang berpegang teguh pada syari'at Islam
sebagai kriminal dan ekstrimis, seperti shalat di masjid bagi kaum laki-laki dan memakai
hijab (jilbab) bagi kaum wanita.

Mereka tidak cukup berbuat demikian, tetapi mereka bekerja sesuai dengan falsafah (teori)
"Taifif Al Manaabi'" (mengeringkan/mematikan sumber) dengan berterus terang, dalam
pendidikan, penerangan dan kebudayaan. Sehingga tidak tumbuh (muncul) dari padanya
kecerdasan seorang Muslim dan tidak pula kepribadian seorang Muslim.

Mereka tidak berhenti sampai di situ, tetapi mereka juga mengusir (menekan) para da'i yang
sebenarnya. Mereka menutup pintu-pintu bagi setiap gerakan dakwah yang jujur yang
menginginkan pembaharuan dan aktualisasi semangat beragama serta memajukan
(memakmurkan) dunia berdasarkan dien.
Anehnya sebagian dari mereka--selain yang berterus terang dengan kemurtadannya--ada
yang senang menggunakan simbul Islam agar dikatakan oleh ummat bahwa mereka itu
orang-orang Islam. Padahal mereka ingin merobohkan bangunan ummat dari dalam.
Sebagian mereka ada yang berusaha menjadikan agama sebagai sentuhan saja yaitu dengan
mendorong masyarakat untuk beragama dengan berpura-pura dan merekrut para ulama yang
sering disebut "Ulama Sulthah dan Ulama Syurthah"(Ulama pemerintah dan spionase
penguasa).

Di sinilah keadaan menjadi sulit, siapakah yang akan melaksanakan had (hukuman) kepada
mereka? Atau siapakah orang (ulama) yang berani memberi fatwa atas kekufuran mereka,
padahal itu kekufuran yang nyata yang dalam istilah hadits disebut "Kufrun Bawwah."
Siapakah yang akan menghukumi kemurtadan mereka, sementara lembaga fatwa dan
peradilan yang resmi (sah) ada di tangan (kekuasaan) mereka?

Maka tidak ada lagi yang dapat dilakukan kecuali pembentukan"Opini Umum" ummat Islam
dan kesadaran umum yang Islami. Yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang bebas
(dari jeratan jahiliyah) dari para ulama, para da'i dan para pemikir yang masih teguh dan
tsabat di saat pintu-pintu di hadapannya telah ditutup, dan segala jalan telah diputus. Di saat
itu mereka akan berubah menjadi gunung berapi yang akan meletus di hadapan para Thaghut
yang murtad. Maka bukan persoalan yang gampang menghilangkan masyarakat Islam dari
identitasnya atau menjatuhkan aqidah dan risalahnya yang itu merupakan sumber kekuatan
dan rahasia kekekalannya.

Telah teruji dalam sejarah penjajahan Barat (Perancis) di Aljazair dan penjajahan timur
(Rusia) di berbagai wilayah negara-negara Islam di Asia --meskipun pengalaman itu keras
dan memakan waktu cukup lama di sana-sini--bahwa mereka tidak bisa mencabut akar
identitas Islam dan kepribadian Islami dari ummat Islam. Akhirnya pergilah para penjajah itu
dan tetaplah Islam dan kaum Muslimin dengan keberadaannya.
Hanya saja peperangan yang disulut untuk menghadapi Islam dan para da'inya oleh sebagian
penguasa Nasionalis sekuler yang kebarat-baratan di sebuah negara. maka setelah negara itu
merdeka, permusuhannya justru lebih tajam dan semakin keras daripada peperangan/
serangan pada penjajah itu sendiri.

0 comments:

Post a Comment